BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Bagansiapiapi
yang selama ini jarang didengar dari sebagian besar masyarakat Indonesia
,ternyata pada zaman hindia belanda sangat terkenal dan menjadi salah satu
penghasil ikan nomor 2. Setelah kemerdekaan Republik Indonesia
diproklamirkan, wilayah kewedanaan Bagansiapiapi yang meliputi Kubu, Bangkodan Tanah
Putih, digabungkan ke dalam Kabupaten Bengkalis, Provinsi Riau.
Selanjutnya bekas wilayah Kewedanaan Bagansiapiapi, yang terdiri dari Kecamatan
Tanah Putih, Kecamatan Kubu dan Kecamatan Bangko ditambah Kecamatan
Rimba Melintang dan Kecamatan Bagan Sinembah.kemudian pada tanggal 4
Oktober 1999 ditetapkan sebagai sebuah kabupaten baru di Provinsi Riausesuai
dengan UU RI Nomor 53 tahun 1999 dengan ibukota Ujung Tanjung, sedangkan
Bagansiapiapi ditetapkan sebagai ibu kota sementara.
Bagansiaiapi
sangat terkenal Ritual bakar tongkang yang menjadi icon dari kota
Bagansiapiapi, Tradisi unik yang dipelihara turun temurun ini hanya
satu-satunya di dunia, sebagai bagian budaya di Kota Bagansiapiapi, Kabupaten
Rokan Hilir, Riau. Kegiatan ini sudah berjalan sekitar satu abad.
Tradisi “Bakar Tongkang” dirayakan setiap tahunnya oleh etnis
Tionghoa, untuk mengenang leluhur mereka yang telah mengarungi lautan
menggunakan Tongkang.
Perayaan
yang saat ini sudah dijadikan wisata nasional tersebut, sangat didukung
Pemerintah Daerah setempat. Wujud dukungan pemerintah daerah dalam ritual ini,
dengan turutsertanya semua Dinas Pemerintahan dalam pawai perayaan. Kuliner
khas Bagansiapiapi yang terkenal adalah : Kacang Pukul, Ikan Asin, Bealacan, Udang
Kecepai (ebi) dan lain-lainnya
1.2
Sejarah Kota Bagansiapiapi
Menelusuri
sejarah kota Bagansiapiapi erat kaitannya dan tidak terlepas dari sejarah Rokan
Hilir. Di daerah Rokan Hilir terdapat tiga wilayah kenegerian yaitu negeri
Kubu, Bangko dan Tanah Putih yang masing-masing dipimpin seorang Kepala Negeri
yang bertanggung jawab kepada SultanSiak. Berkenaan dengan sistem administrasi
pemerintah Hindia Belanda, distrik pertama yang didirikan di sana adalah
Tanah Putih pada tahun 1890.
1.3
Asal Usul Nama Bagansiapiapi
Menurut
cerita masyarakat Bagansiapiapi secara turun temurun, nama Bagansiapiapi erat
kaitannya dengan cerita awal kedatangan orang Tionghoa ke kota itu. Disebutkan
bahwa orang Tionghoa yang pertama sekali datang ke Bagansiapiapi berasal dari
daerah Songkhla di Thailand. Mereka sebenarnya adalah
perantau-perantau Tionghoa yang berasal dari Distrik Tong'an (Tang
Ua) di Xiamen, wilayah Provinsi Fujian, Tiongkok Selatan.
Konflik yang terjadi antara orang-orang Tionghoa dengan penduduk Songkhla, Thailand kelak
menjadi penyebab terdamparnya mereka di Bagansiapiapi.
1. 4 Rumusan Masalah
Sesuai dengan judul karaya ilmiah yaitu “Pembuatan Ikan Asin” maka
pembahasan kami kali inu berkisar pada Pembuatan Ikan Asin yang baik dan benar
agar Ikan Asin tidak lagi dianggap hanya sebagai makanan bagi orang-orang
golongan menengah kebawah. Pembahasan kali ini akan membatasi pada nilai-nilai
gizi yang ada pada Ikan Asin jika Ikan Asin itu dibuat dengan baik dan benar,
serta cara mengelola Ikan Ain menjadi lauk yang menggugah selera makan. Namun,
kami lebih menitik beratkan pada proses pembuatan Ikan Asin di Bagansiapiapi.
1.5
Tujuan Penulisan
Ø Agar kita dapat
mengetahui cara pembuatan Ikan Asin yang baik dan benar.
Ø Menambah Pengetahuan dan
Wawasan.
Ø Menambah pengalaman
dalam dunia kerja.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Proses Pengolahan Ikan Asin Di Bagansiapiapi
Ikan asin adalah bahan
makanan yang terbuat dari daging ikan yang diawetkan dengan menambahkan banyak
garam. Dengan metode pengawetan ini daging ikan yang biasanya membusuk dalam
waktu singkat dapat disimpan di suhu kamar untuk jangka waktu berbulan-bulan
Beraneka jenis ikan yang
biasa diasinkan, baik ikan
darat maupun ikan laut. Ikan-ikan ini dikumpulkan dalam suatu
wadah dan lalu ditaburi atau direndam dalam larutangaram pekat. Ikan-ikan
yang besar biasanya dibelah atau dipotong-potong lebih dulu agar garam mudah
meresap ke dalam daging. Karena perbedaan kepekatan dan tekanan osmosis, kristal-kristal garam
akan menarik cairan sel dalam daging ikan keluar dari tubuhnya. Sementara itu
partikel garam meresap masuk ke dalam daging ikan. Proses ini berlangsung
hingga tercapai keseimbangan konsentrasi garam di luar dan
di dalam daging. Konsentrasi garam yang tinggi dan menyusutnya cairan sel akan
menghentikan proses autolisis dan menghambat pertumbuhan bakteri dalam daging ikan.
Faktor-faktor yang berpengaruh
:
Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan penetrasi garam ke dalam
tubuh ikan adalah sebagai berikut :
1. Konsentrasi garam
Semakin tinggi konsentrasi garam yang
digunakan, semakin cepat proses masuknya garam ke dalam daging ikan. Akan lebih
baik apabila digunakan garam kristal untuk mengasinkan.
2. Jenis garam
Garam dapur air laut (NaCl 95%) lebih mudah diserap dan menghasilkan
ikan asin dengan kualitas yang lebih baik. Garam rakyat mengandung unsur-unsur
lain (Mg, Ca, senyawa sulfat), kotoran, bakteri dan lain-lain yang dapat
menghambat penetrasi garam dan merusak rasa ikan.
3. Ketebalan daging ikan
Semakin tebal daging
ikan, proses pengasinan akan membutuhkan waktu yang semakin lama dan garam yang
lebih banyak. Sehingga ikan-ikan besar biasanya dibelah-belah, dikeping atau
diiris tipis sebelum diasinkan.
4. Kadar lemak dalam daging
5. Kesegaran daging ikan
Ikan yang kurang segar
memiliki daging yang lebih lunak dan cairan tubuh yang mudah keluar, sehingga
proses pengasinan bisa lebih cepat. Namun juga garam yang masuk dapat terlalu
banyak sehingga ikan menjadi terlalu asin dan kaku.
6. Suhu daging ikan
Mengonsumsi ikan asin secara terus menerus itu dapat menyebabkan kanker, juga
kanker nesofaring. Nasofaring adalah daerah tersembunyi yang terletak di
belakang hidung berbentuk kubus. Bagian depan nasofaring berbatasan dengan
rongga hidung, bagian atas berbatasan dengan dasar tengkorak, serta bagian
bawah merupakan langit-langit dan rongga mulut.
Ikan asin itu merupakan
mediator utama dalam pembentukan dan perkembangan virus Epstein-Barr.
Virus Epstein-Barr adalah virus yang berperan penting dalam timbulnya kanker
nasofaring. Virus yang hidup bebas di udara ini bisa masuk ke dalam tubuh dan
tetap tinggal di nasofaring tanpa menimbulkan gejala.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode Pengumpulan Data
Metode yang digunakan
adalah metode survei dan observasi lapang. Data yang dikumpulkan dilakukan
dengan teknik wawancara tidak terstruktur yang antara lain mencakup cara
penangkapan ikan asin, cara pembelian ikan asin, cara pengasinan dan penjualan.
a. Jenis Penelitian
Penelitian yang
digunakan adalah Penelitian Survei
Yaitu : dengan cara memperoleh fakta dari gejala
yang ada. Mencari keterangan secara faktual . dan Melakukan evaluasi secara
lansung kepada pengelola ikan asin.
b. Sumber data
Sumber data kami adalah
seorang pengelola ikan asin yang berada di Nelayan, yang bernama Ibu Rohayah,
yang telah memulai usaha pembuatan ikan asin tahun 1994 atau sekitar 17 tahun
yang lalu.
e. Analisis Data
Data yang terkumpul
kenudian dianalisis secara deskriptip. Sedangkan untuk mengetahui kelayakan
usaha (aspek ekonomi)
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1 Tahap Pembuatan Ikan Asin
Pertama, ikan melalui
tahap pembelahan, untuk memisahkan dari isi perutnya. Setelah itu, ikan dicuci
hingga bersih.Lalu berlanjut ketahap pemberian air garam ,untuk sebagai
pangawet. Proses pengawetan berlangsung selama satu (1) malam. Lalu ikan di
jemur atas telotai dibawah sinar matahari.
4,2 Proses Pembuatan Ikan Asin
Dalam
pembuatan ikan asin , yang merupakan pekerjaan pokok adalah penggaraman dan
pengeringan, meskipun demikian ada beberapa tahapan kegiatan yang sebetulnya
dilakukan oleh Pengelola, yaitu:
1. Pembersihan dan
pembelahan ikan
Pada tahap ini, pembersihan yang dilakukan
adalah dengan memisahkan ikan dari isi perut ikan, sehingga lebih bersih. Dan
selanjutnya dilakukan pembelahan pada ikan tersebut.
2.
Penggaraman
Penggaraman atau pemberian garam
dilakukan setela tahap 1 selesai. Garam yang diberikan adalah garam murni yang
biasanya kandungan NaCl nya tinggi . Perbandingan antara bahan baku ikan teri
dengan garam adalah 2 : 1, jadi untuk 100 kg ikan garam yang dibutuhkan sekitar
50 kg.
3. Penjemuran
(Pengeringan)
Ikan yang telah diproses dalam
penggaraman, kemudian dicuci bersih dan langsung dijemur di atas pin. Tempat
penjemuran bebas dari naungan dengan tujuan agar sinar matahari dapat digunakan
seluruhnya.
Proses Pengeringan yang
dilakukan oleh pengelolah hanya dilakukan dengan memanfaatkan, jika cuaca
mendukung / panas hanya membutuhkan waktu setengah hari untuk menjemur ikan
tersebut hinga kering. Namun,jika cuaca
tidak mendukung atau hujan , biasanya para penggelolah membutuhkan waktu untuk
mengeringkan ikan tersebut sampai berhari-hari bahkan sampai ber
mainggu-minggu.
4. Pengemasan dan Pemasaran
Ikan yang
sudah menjadi ikan asin tersebut kemudian dikemas dalam Kotak atau goni yang betul-betul
kering. Kotak dan goni yang digunakan adalah kotak kemasan yang terbuat dari
kertas karton. Ikan asin ini biasanya dipasarkan ke pada orang agen yang datang
membeli ikan yang berada di rumah masyarakat yang di bawa keluar kota antara Pekanbaru.Duri,Dumai
dan kota lainnya
4.3 Alat dan bahan yang digunakan dalam pembuatan
Dalam pembuatan ikan
asin hanya membutuhkan untuk proses pengawetan ikan berupa garam saja. Biasanya
untuk garam sebanyak 50 kg yang seharga Rp.48000 digunakan hanya untuk ikan 100
kilo saja. dan biasanya untuk ikan 100 kg, setelah melalui proses pembelahan
dan pengeringan hanya sekitar 60 kg.
4.4 Jenis-jenis ikan
yang diasini berupa :
1. ikan duri
2. ikan gelamo
3. ikan lidah (ikan
sebolah)
4. ikan parang
5. ikan tenggiri
6. ikan pari
4.5 Bahan Pengawet
Hanya menggunakan Air dan Garam untuk
pengawetan. Dan itu lebih terjamin kesehatannya bagi para pembeli. Baik yang
untuk dikonsumsi sendiri atau untuk dijual kembali.
BAB VI
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Pengasinan ikan Asin di
daerah Nelayan JL. Usaha Bagansiapiapi dilakukan secara tradisional, dengan proses
tahapan sebagai berikut : pembersihan - penggaraman – penjemuran.
2. Dari hasil analisis
ekonomi yang telah dilakukan . artinya usaha ini layak untuk dikembangkan. Karena
mendapatkan keuntungan yang lumayan.
5.2 Saran
1. Perlu dilakukan
penelitian mengenai kualitas ikan asin Bagansiapiapi yang dihasilkan
sehingga dapat bersaing dengan produk ikan asin dari daerah lain bahkan
di pasar global.
2. Perlu dikembangkan usaha
pengasinan ikan asin ini dari skala rumah tangga menjadi skala usaha yang lebih
besar.
DAFTAR PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar