Rabu, 01 Mei 2019

KARYA ILMIAH IKAN ASIN BAGANSIAPIAPI


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bagansiapiapi yang selama ini jarang didengar dari sebagian besar masyarakat Indonesia ,ternyata pada zaman hindia belanda sangat terkenal dan menjadi salah satu penghasil ikan nomor 2. Setelah kemerdekaan Republik Indonesia diproklamirkan, wilayah kewedanaan Bagansiapiapi yang meliputi Kubu, Bangkodan Tanah Putih, digabungkan ke dalam Kabupaten Bengkalis, Provinsi Riau. Selanjutnya bekas wilayah Kewedanaan Bagansiapiapi, yang terdiri dari Kecamatan Tanah Putih, Kecamatan Kubu dan Kecamatan Bangko ditambah Kecamatan Rimba Melintang dan Kecamatan Bagan Sinembah.kemudian pada tanggal 4 Oktober 1999 ditetapkan sebagai sebuah kabupaten baru di Provinsi Riausesuai dengan UU RI Nomor 53 tahun 1999 dengan ibukota Ujung Tanjung, sedangkan Bagansiapiapi ditetapkan sebagai ibu kota sementara.
Bagansiaiapi sangat terkenal Ritual bakar tongkang yang menjadi icon dari kota Bagansiapiapi, Tradisi unik yang dipelihara turun temurun ini hanya satu-satunya di dunia, sebagai bagian budaya di Kota Bagansiapiapi, Kabupaten Rokan Hilir, Riau. Kegiatan ini sudah berjalan sekitar satu abad. Tradisi “Bakar Tongkang” dirayakan setiap tahunnya oleh etnis Tionghoa, untuk mengenang leluhur mereka yang telah mengarungi lautan menggunakan Tongkang.
Perayaan yang saat ini sudah dijadikan wisata nasional tersebut, sangat didukung Pemerintah Daerah setempat. Wujud dukungan pemerintah daerah dalam ritual ini, dengan turutsertanya semua Dinas Pemerintahan dalam pawai perayaan. Kuliner khas Bagansiapiapi yang terkenal adalah : Kacang Pukul, Ikan Asin, Bealacan, Udang Kecepai (ebi) dan lain-lainnya
1.2 Sejarah Kota Bagansiapiapi
Menelusuri sejarah kota Bagansiapiapi erat kaitannya dan tidak terlepas dari sejarah Rokan Hilir. Di daerah Rokan Hilir terdapat tiga wilayah kenegerian yaitu negeri Kubu, Bangko dan Tanah Putih yang masing-masing dipimpin seorang Kepala Negeri yang bertanggung jawab kepada SultanSiak. Berkenaan dengan sistem administrasi pemerintah Hindia Belanda, distrik pertama yang didirikan di sana adalah Tanah Putih pada tahun 1890.

1.3 Asal Usul Nama Bagansiapiapi
Menurut cerita masyarakat Bagansiapiapi secara turun temurun, nama Bagansiapiapi erat kaitannya dengan cerita awal kedatangan orang Tionghoa ke kota itu. Disebutkan bahwa orang Tionghoa yang pertama sekali datang ke Bagansiapiapi berasal dari daerah Songkhla di Thailand. Mereka sebenarnya adalah perantau-perantau Tionghoa yang berasal dari Distrik Tong'an (Tang Ua) di Xiamen, wilayah Provinsi Fujian, Tiongkok Selatan. Konflik yang terjadi antara orang-orang Tionghoa dengan penduduk Songkhla, Thailand kelak menjadi penyebab terdamparnya mereka di Bagansiapiapi.

1. 4  Rumusan Masalah
Sesuai dengan judul karaya ilmiah yaitu “Pembuatan Ikan Asin” maka pembahasan kami kali inu berkisar pada Pembuatan Ikan Asin yang baik dan benar agar Ikan Asin tidak lagi dianggap hanya sebagai makanan  bagi orang-orang golongan menengah kebawah. Pembahasan kali ini akan membatasi pada nilai-nilai gizi yang ada pada Ikan Asin jika Ikan Asin itu dibuat dengan baik dan benar, serta cara mengelola Ikan Ain menjadi lauk yang menggugah selera makan. Namun, kami lebih menitik beratkan pada proses pembuatan Ikan Asin di Bagansiapiapi.

1.5 Tujuan Penulisan
Ø  Agar kita dapat mengetahui cara pembuatan Ikan Asin yang baik dan benar.
Ø  Menambah Pengetahuan dan Wawasan.
Ø  Menambah pengalaman dalam dunia kerja.

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Proses Pengolahan Ikan Asin Di Bagansiapiapi
Ikan asin adalah bahan makanan yang terbuat dari daging ikan yang diawetkan dengan menambahkan banyak garam. Dengan metode pengawetan ini daging ikan yang biasanya membusuk dalam waktu singkat dapat disimpan di suhu kamar untuk jangka waktu berbulan-bulan
Beraneka jenis ikan yang biasa diasinkan, baik ikan darat maupun ikan laut. Ikan-ikan ini dikumpulkan dalam suatu wadah dan lalu ditaburi atau direndam dalam larutangaram pekat. Ikan-ikan yang besar biasanya dibelah atau dipotong-potong lebih dulu agar garam mudah meresap ke dalam daging. Karena perbedaan kepekatan dan tekanan osmosis, kristal-kristal garam akan menarik cairan sel dalam daging ikan keluar dari tubuhnya. Sementara itu partikel garam meresap masuk ke dalam daging ikan. Proses ini berlangsung hingga tercapai keseimbangan konsentrasi garam di luar dan di dalam daging. Konsentrasi garam yang tinggi dan menyusutnya cairan sel akan menghentikan proses autolisis dan menghambat pertumbuhan bakteri dalam daging ikan.
Faktor-faktor yang berpengaruh    :
            Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan penetrasi garam ke dalam tubuh ikan adalah sebagai berikut :
1.      Konsentrasi garam
            Semakin tinggi konsentrasi garam yang digunakan, semakin cepat proses masuknya garam ke dalam daging ikan. Akan lebih baik apabila digunakan garam kristal untuk mengasinkan.
2.      Jenis garam
            Garam dapur air laut  (NaCl 95%) lebih mudah diserap dan menghasilkan ikan asin dengan kualitas yang lebih baik. Garam rakyat mengandung unsur-unsur lain (Mg, Ca, senyawa sulfat), kotoran, bakteri dan lain-lain yang dapat menghambat penetrasi garam dan merusak rasa ikan.

3.      Ketebalan daging ikan
Semakin tebal daging ikan, proses pengasinan akan membutuhkan waktu yang semakin lama dan garam yang lebih banyak. Sehingga ikan-ikan besar biasanya dibelah-belah, dikeping atau diiris tipis sebelum diasinkan.
4.      Kadar lemak dalam daging
            Kadar lemak yang tinggi (di atas 2%) akan memperlambat penetrasi garam ke dalam daging ikan.
5.      Kesegaran daging ikan
Ikan yang kurang segar memiliki daging yang lebih lunak dan cairan tubuh yang mudah keluar, sehingga proses pengasinan bisa lebih cepat. Namun juga garam yang masuk dapat terlalu banyak sehingga ikan menjadi terlalu asin dan kaku.
6.      Suhu daging ikan
Semakin tinggi suhu daging ikan, semakin cepat garam masuk ke dalam tubuh ikan.

     Mengonsumsi ikan asin secara terus menerus itu dapat menyebabkan kanker, juga kanker nesofaring. Nasofaring adalah daerah tersembunyi yang terletak di belakang hidung berbentuk kubus. Bagian depan nasofaring berbatasan dengan rongga hidung, bagian atas berbatasan dengan dasar tengkorak, serta bagian bawah merupakan langit-langit dan rongga mulut.
Ikan asin itu merupakan mediator utama dalam pembentukan dan perkembangan virus  Epstein-Barr. Virus Epstein-Barr adalah virus yang berperan penting dalam timbulnya kanker nasofaring. Virus yang hidup bebas di udara ini bisa masuk ke dalam tubuh dan tetap tinggal di nasofaring tanpa menimbulkan gejala.






BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Pengumpulan Data
Metode yang digunakan adalah metode survei dan observasi lapang. Data yang dikumpulkan dilakukan dengan teknik wawancara tidak terstruktur yang antara lain mencakup cara penangkapan ikan asin, cara pembelian ikan asin, cara pengasinan dan penjualan.

a.      Jenis Penelitian
Penelitian yang digunakan adalah Penelitian Survei
Yaitu :  dengan cara  memperoleh fakta dari gejala yang ada. Mencari keterangan secara faktual . dan Melakukan evaluasi secara lansung kepada  pengelola ikan asin.

b. Sumber data
Sumber data kami adalah seorang pengelola ikan asin yang berada di Nelayan, yang bernama Ibu Rohayah, yang telah memulai usaha pembuatan ikan asin tahun 1994 atau sekitar 17 tahun yang lalu.

e. Analisis Data
Data yang terkumpul kenudian dianalisis secara deskriptip. Sedangkan untuk mengetahui kelayakan usaha (aspek ekonomi)











BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1 Tahap Pembuatan Ikan Asin
Pertama, ikan melalui tahap pembelahan, untuk memisahkan dari isi perutnya. Setelah itu, ikan dicuci hingga bersih.Lalu berlanjut ketahap pemberian air garam ,untuk sebagai pangawet. Proses pengawetan berlangsung selama satu (1) malam. Lalu ikan di jemur atas telotai dibawah sinar matahari.

4,2 Proses Pembuatan Ikan Asin
       Dalam pembuatan ikan asin , yang merupakan pekerjaan pokok adalah penggaraman dan pengeringan, meskipun demikian ada beberapa tahapan kegiatan yang sebetulnya dilakukan oleh Pengelola, yaitu:
1. Pembersihan dan pembelahan ikan





       Pada tahap ini, pembersihan yang dilakukan adalah dengan memisahkan ikan dari isi perut ikan, sehingga lebih bersih. Dan selanjutnya dilakukan pembelahan pada ikan tersebut.
2. Penggaraman
      





            Penggaraman atau pemberian garam dilakukan setela tahap 1 selesai. Garam yang diberikan adalah garam murni yang biasanya kandungan NaCl nya tinggi . Perbandingan antara bahan baku ikan teri dengan garam adalah 2 : 1, jadi untuk 100 kg ikan garam yang dibutuhkan sekitar 50 kg.

3. Penjemuran (Pengeringan)
    




            Ikan  yang telah diproses dalam penggaraman, kemudian dicuci bersih dan langsung dijemur di atas pin. Tempat penjemuran bebas dari naungan dengan tujuan agar sinar matahari dapat digunakan seluruhnya.
Proses Pengeringan yang dilakukan oleh pengelolah hanya dilakukan dengan memanfaatkan, jika cuaca mendukung / panas hanya membutuhkan waktu setengah hari untuk menjemur ikan tersebut hinga kering.  Namun,jika cuaca tidak mendukung atau hujan , biasanya para penggelolah membutuhkan waktu untuk mengeringkan ikan tersebut sampai berhari-hari bahkan sampai ber mainggu-minggu.

4. Pengemasan dan Pemasaran
Ikan  yang sudah menjadi ikan asin tersebut kemudian dikemas dalam Kotak atau goni yang betul-betul kering. Kotak dan goni yang digunakan adalah kotak kemasan yang terbuat dari kertas karton. Ikan asin ini biasanya dipasarkan ke pada orang agen yang datang membeli ikan yang berada di rumah masyarakat yang di bawa keluar kota antara Pekanbaru.Duri,Dumai dan kota lainnya

4.3 Alat dan bahan yang digunakan dalam pembuatan
Dalam pembuatan ikan asin hanya membutuhkan untuk proses pengawetan ikan berupa garam saja. Biasanya untuk garam sebanyak 50 kg yang seharga Rp.48000 digunakan hanya untuk ikan 100 kilo saja. dan biasanya untuk ikan 100 kg, setelah melalui proses pembelahan dan pengeringan hanya sekitar 60 kg.
4.4 Jenis-jenis ikan yang diasini berupa :
1. ikan duri
2.  ikan gelamo
3.  ikan lidah (ikan sebolah)
4.   ikan parang
5. ikan tenggiri
6. ikan pari

4.5 Bahan Pengawet
            Hanya menggunakan Air dan Garam untuk pengawetan. Dan itu lebih terjamin kesehatannya bagi para pembeli. Baik yang untuk dikonsumsi sendiri atau untuk dijual kembali.






















BAB VI
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
1.      Pengasinan ikan Asin di daerah Nelayan  JL. Usaha Bagansiapiapi  dilakukan secara tradisional, dengan proses tahapan sebagai berikut : pembersihan - penggaraman – penjemuran.
2.      Dari hasil analisis ekonomi yang telah dilakukan . artinya usaha ini layak untuk dikembangkan. Karena mendapatkan keuntungan yang lumayan.


5.2  Saran
1.       Perlu dilakukan penelitian mengenai kualitas ikan asin  Bagansiapiapi yang dihasilkan sehingga dapat bersaing dengan produk ikan asin  dari daerah lain bahkan di pasar global.
2.       Perlu dikembangkan usaha pengasinan ikan asin ini dari skala rumah tangga menjadi skala usaha yang lebih besar.











DAFTAR PUSTAKA




Tidak ada komentar:

Posting Komentar